Blog Khusus Doa - Tidur merupakan acara yang diharapkan oleh badan kita. Rasul menyampaikan bahwa badan kita memiliki hak untuk diberistirahat. Tidur juga meremajakan kembali kulit badan dan menyegarkan jiwa. Namun, ternyata ada dua waktu tidur yang berdasarkan Rasul, hendaknya dihindari.
1. Tidur di Pagi Hari Setelah Shalat Shubuh
Dari Sakhr bin Wadi’ah Al-Ghamidi radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Ibnul-Qayyim telah berkata perihal keutamaan awal hari dan makruhnya menyia-nyiakan waktu dengan tidur, dimana dia berkata :
Tidur Sebelum Shalat Isya’
Diriwayatkan dari Abu Barzah radlyallaahu ‘anhu : ”Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membenci tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya,” (HR. Bukhari 568 dan Muslim 647).
Mayoritas hadits-hadits Nabi menandakan makruhnya tidur sebelum shalat isya’. Oleh alasannya yaitu itu At-Tirmidzi (1/314) menyampaikan :
Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul-Baari (2/49) :
1. Tidur di Pagi Hari Setelah Shalat Shubuh
Dari Sakhr bin Wadi’ah Al-Ghamidi radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
”Ya Allah, berkahilah bagi ummatku pada pagi harinya,” (HR. Abu dawud 3/517, Ibnu Majah 2/752, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad shahih).
Ibnul-Qayyim telah berkata perihal keutamaan awal hari dan makruhnya menyia-nyiakan waktu dengan tidur, dimana dia berkata :
“Termasuk hal yang makruh bagi mereka – yaitu orang shalig – yaitu tidur antara shalat shubuh dengan terbitnya matahari, lantaran waktu itu yaitu waktu yang sangat berharga sekali. Terdapat kudang keringasaan yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan waktu tersebut dari orang-orang shalih, sampai-sampai walaupun mereka berjalan sepanjang malam mereka tidak toleransi untuk istirahat pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Karena ia yaitu awal hari dan sekaligus sebagai kuncinya. Ia merupakan waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya keberkahan, dan darinya hari itu bergulir dan mengembalikan segala bencana hari itu atas bencana ketika yang mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada ketika ibarat itu ibarat tidurnya orang yang terpaksa,” (Madaarijus-Saalikiin 1/459).
Tidur Sebelum Shalat Isya’
Diriwayatkan dari Abu Barzah radlyallaahu ‘anhu : ”Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membenci tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya,” (HR. Bukhari 568 dan Muslim 647).
Mayoritas hadits-hadits Nabi menandakan makruhnya tidur sebelum shalat isya’. Oleh alasannya yaitu itu At-Tirmidzi (1/314) menyampaikan :
“Mayoritas pakar ilmu menyatakan makruh hukumnya tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya. Dan sebagian ulama’ lainnya memdiberi dispensasi dalam problem ini. Abdullah bin Mubarak menyampaikan : “Kebanyakan hadits Nabi melarangnya, sebagian ulama membolehkan tidur sebelum shalat isya’ khusus di bulan Ramadlan saja.”
Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul-Baari (2/49) :
“Di antara para ulama melihat adanya dispensasi (yaitu) mengecualikan kalau ada orang yang akan membangunkannya untuk shalat, atau diketahui dari kudang keringasaannya bahwa tidurnya tidak hingga melewatkan waktu shalat. Pendapat ini juga tepat, lantaran kita katakan bahwa alasan larangan tersebut yaitu kekhawatiran terlewatnya waktu shalat.”
Advertisement